Hanyalah Sebuah Pemikiran.
Kesibukan jadi istri dan ibu membuat saya semakin memahami bahwa manusia itu unik. Semakin hari semakin mengenal katakteristik masing-masing. Saya setuju sekali bahwa pacaran setelah akad nikah itu nikmat. Karena saling mengenal itu memang kenyataannya setelah menikah.
Realita di lapangan, orang bilang "ya kita harus kenal dulu lewat pacaran, masa kita nikah sama orang yang gak kita kenal". Buktinya banyak sekali, pasangan yang pacaran bertahun-tahun malah tidak sampai pelaminan. Bahkan yang sukses menikah gak lama malah break. Yang baru kenal sebentar banyak yang menikah dan pernikahannya langgeng. Tapi semua itu memang karena "jodoh". Wallahualam. Hanya Allah yang maha tahu.
Saya pribadi dengan suami tidak pacaran, kami hanya berproses untuk mengenalkan diri kami pada orang tua masing-masing. Tidak lama. Langsung pertemuan keluarga. Dan menikah. Gimana setelah menikah? Hahaha it's my business but... mungkin saya tidak akan cerita detail. Namun, awal kedewasaan saya mulai dari sini. Kami-pum berproses untuk mengenal lebih dalam. Saya cinta suami, dan suami cinta saya. Modal cinta pada Allah. Suami bilang sehari setelah menikah, "sekarang aku gak sendirian, ada aku-kamu-dan Allah".
Tahun demi tahun, hingga saatnya kini saya berusia tiga puluh tahun. Umur yang sebagian orang anggap adalah umur yang sangat matang. Inilah saatnya saya harus bermanfaat bagi manusia lain. Share is caring. Ilmu saat kuliah pasti bermanfaat walau saya menjadi ibu rumah tangga. Ilmu statistika saya tetap saya aplikasikan pada materi yang sekarang sedang saya jalani.
Saya tertarik sekali untuk memahami bagaimana wanita berproses menjadi seorang ibu. Tidak ada sekolah menjadi ibu. Tidak ada mata pelajaran mengenai hal-hal yang perlu dipelajari menjadi seorang ibu. Tidak heran jika banyak sekali ibu-ibu baru di luar sana yang kebingungan dalam mengurus rumah tangga apalagi mengurus suami dan anak. Mereka bingung tiba-tiba ada suara tangis bayi. Harus diapakan?
0 komentar:
Posting Komentar